Jumat, 03 Juni 2011

Sains & Teknologi Peneliti Temukan Efek Negatif Burung Parkit

Burung parkit leher cincin yang populasinya semakin bertambah, khususnya di ruang terbuka di Inggris menimbulkan perdebatan. Sebagian berpendapat bahwa burung itu sangat eksotis dan menghadirkan warna baru. Namun bagi sebagian lain, burung itu sangat berisik.

Saat ini, diperkirakan ada sekitar 31 ribu burung parkit liar yang tersebar di taman-taman di Inggris dan kawasan tenggara negeri itu. Dan dari ‘sensus’ parkit terakhir, diketahui bahwa jumlah populasi mereka meningkat rata-rata sebesar 23 persen per tahun.

Kini dari penelitian diketahui bahwa burung parkit itu memang mengintimidasi burung-burung lain yang lebih dulu hadir di taman. Sekelompok peneliti dari Imperial College London mendapatkan bukti bahwa parkit mencegah burung penyanyi lain untuk makan.

“Mengurangi populasi parkit kemungkinan akan membawa manfaat bagi para burung penyanyi,” kata Hannah Peck, salah satu peneliti seperti dikutip dari BBC, 1 Juni 2011. “Namun, dalam jangka panjang ada kemungkinan pula bahwa burung lain akan dapat beradaptasi terhadap parkit,” ucapnya.

Pada penelitian, Peck dan timnya mengamati perilaku makan para burung liar di 47 taman yang ada di sekitar Inggris. Mereka menempatkan parkit yang dikandangkan dan menempatkan wadah makanan di sebelahnya lalu merekam aktivitas makan burung-burung yang singgah.

Peneliti membandingkannya dengan saat parkit dikeluarkan dan membiarkan kandang itu kosong di sebelah wadah makanan.

“Dari pemantauan, terlihat burung-burung yang umumnya singgah untuk makan di sana menjadi enggan saat ada parkit di dekat wadah makanan kandang,” kata Peck.

Namun demikian, Peck menyebutkan, burung-burung yang terganggu merupakan burung berukuran kecil. “Sayangnya kami belum mendapatkan sampel dalam jumlah cukup besar untuk mengetahui spesies burung apa saja yang terganggu untuk dapat menyimpulkan data ini,” ucapnya.

Namun demikian, Peck menyebutkan, penelitian ini merupakan bukti-bukti awal bahwa kehadiran parkit menimbulkan dampak negatif bagi burung-burung setempat. Temuan ini sendiri akan dipresentasikan dalam ajang British Ecological Society Meeting on Invasive Species, Juni ini. (eh)
• VIVAnews

Golkar Dukung Pancasila Masuk Kurikulum

Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie mendorong pemerintah untuk mengembalikan pendidikan tentang Pancasila ke kurikulum sekolah. Ia merasakan gejala menipisnya pemahaman falsafah bangsa yang berdampak pada menjauhnya kesadaran dalam berbhineka tunggal ika.

"Pendiri negara kita telah memberi sumbangan yang sangat berharga untuk mengelola negara yang plural dengan Pancasila sebagai falsafah negara," kata Aburizal dalam pidato pada acara Angkatan Muda Partai Golkar di Jakarta, Jumat, 3 Juni 2011.

Ia mengatakan, semangat nasionalisme harus diperkuat melalui falsafah negara. Generasi muda harus kembali memiliki nilai-nilai dasar bangsa seperti zaman kemerdekaan. Anak-anak muda harus berani menantang risiko dalam menegakkan tujuan bangsa.

Dalam hal ini, katanya, negara harus hadir dan konsisten dalam menegakkan konstitusi agar tidak ada lagi praktik fundamentalisme dan radikalisme. "Negara tidak boleh membiarkan orang kuat bertarung dengan orang lemah dalam mencari makan, negara harus menjamin suasana aman," ujarnya.

Wacana mengembalikan pendidikan tentang Pancasila ke kurikulum sekolah mencuat setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memaparkan hasil survei Badan Pusat Statistik bahwa Pancasila penting dipertahankan. Sebanyak 89 persen masyarakat berpendapat bahwa permasalahan bangsa terjadi akibat kurangnya pemahaman nilai-nilai Pancasila.

Merespons itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat akan melakukan dengar pendapat dengan ahli pendidikan dan tata negara.

Ketua MPR, Taufiq Kiemas, menyatakan Pendidikan Pancasila akan dimasukkan lagi ke kurikulum pelajaran sekolah. “Pemerintah 1.000 persen setuju untuk mengembalikan Pendidikan Pancasila ke kurikulum sekolah," ujarnya.

Dulu, Pancasila diajarkan di sekolah-sekolah dengan nama mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Namun, kemudian dihapus dan diganti dengan Pendidikan Kewarganegaraan, tanpa embel-embel Pancasila. (art)
• VIVAnews

Riset WHO: Radiasi Ponsel Bisa Picu Kanker

Sebuah panel ilmuwan terkemuka mengungkapkan bahwa radiasi dari telepon seluler (ponsel) bisa menjadi agen penyebab kanker otak. Para ahli menempatkan ponsel dalam kategori benda yang memiliki risiko bagi kesehatan, sama dengan pestisida, DDT, knalpot bensin, dan kopi.

Menurut kantor berita Associated Press (AP), temuan ini diumumkan Selasa, 31 Mei 2011 di Lyon, Prancis, oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker setelah melakukan sejumlah riset. Badan ini berada di bawah arahan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Setelah penelitian bersama selama seminggu penuh, para ilmuwan menemukan tipe radiasi elektronagnetik di telepon seluler, microwave, dan radar. Menurut mereka, ada bukti bahwa radiasi telepon seluler bisa memicu dua tipe kanker otak. Namun bukti itu perlu diteliti lebih lanjut.

"Kami menemukan beberapa benang merah, bukti yang mengungkapkan pada kami bagaimana kanker bisa terjadi. Namun masih ada beberapa hal yang belum diketahui dan harus dipastikan,"kata anggota panel, Jonathan Samet dari Universitas Southern California, seperti dimuat AP, Rabu 1 Juni 2011.

Sementara, anggota panel yang lain, Kurt Straif mengatakan, paparan tertinggi radiasi adalah saat ponsel digunakan untuk menelepon. "Untuk penggunaan pesan pendek (SMS) atau menggunakan perangkat hands-free akan memperkecil paparannya."

Namun, meski 'berpeluang karsinogen (zat penyebab kanker)' itu tak berarti ponsel secara otomatis menyebabkan kanker. Dan sejumlah ilmuwan pun yakin, temuan ini tak akan lantas mengubah kebiasaan orang.

"Apapun dimungkinkan menjadi karsinogen," kata Donald Berry, profesor biostatistik di MD Anderson Cancer Center di Universitas Texas. Ia tak terlibat dalam penelitian ini. "Ini bukan sesuatu yang saya khawatirkan dan tak akan menghentikan saya menggunakan telepon genggam."

Karena ponsel sangat populer, mungkin mustahil bagi para ahli untuk membandingkan antara pengguna ponsel yang menderita tumor otak dengan orang yang tidak menggunakan perangkat namun memiliki penyakit yang sama. Apalagi, menurut survei tahun lalu, jumlah pelanggan ponsel di seluruh dunia telah mencapai lima miliar, atau hampir tiga perempat dari populasi global.

Ponsel mengirimkan sinyal ke menara terdekat menggunakan frekuensi gelombang radio -- dengan bentuk yang sama dengan gelombang radio FM dan microwave. Namun radiasi dari ponsel tidak secara langsung merusak DNA dan berbeda dengan tipe radiasi yang lebih kuat seperti sinar X dan radiasi ultraviolet.

Dalam level tinggi, gelombang dari ponsel bisa memanaskan jaringan tubuh. Namun belum dipastikan, apakah itu bakal merusak sel tubuh manusia.

Beberapa ahli menyarankan pengguna ponsel mengenakan headset atau earpiece nirkabel jika khawatir dengan dampak yang ditimbulkan alat itu bagi kesehatan.

Menurut Otis Brawley, kepala kesehatan American Cancer Society, mengimbau agar orang-orang lebih mengkhawatirkan ancaman nyata ketimbang ponsel. "Meski ponsel bisa menyebabkan tumor otak, namun itu membunuh orang jauh lebih sedikit daripada kecelakaan lalu lintas misalnya," kata dia.

Meski demikian ia menyarankan pembatasan ponsel untuk anak-anak. Sebab, otak mereka masih berkembang.
• VIVAnews

Kamis, 02 Juni 2011

KPK Belum Panggil Nazaruddin

Atas permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi, Imigrasi telah menerbitkan surat cegah ke luar negeri atas Muhammad Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat. Meski demikian, hingga kini Nazaruddin masih berada di Singapura.

Juru bicara KPK Johan Budi SP mengatakan hingga kini belum ada surat pemanggilan kepada Nazaruddin terkait dugaan suap pengadaan wisma SEA Games di Kementerian Pemuda dan Olahraga.

"Sampai hari ini, menurut penyidik, belum ada jadwal pemeriksaan Nazaruddin. Tapi kalau akan di periksa, iya," jelas Johan kepada wartawan di Gedung KPK, Kamis 2 Juni 2011.

Dalam kasus yang menyeret Sekretaris Kemenpora Wafid Muharram itu sebagai tersangka, KPK sudah memeriksa sejumlah orang. Salah satunya, kata Johan, Menpora Andi Mallarangeng.

Terkait kasus terbaru yang menyeret nama Nazaruddin, sejumlah staf KPK sudah mendatangi Mahkamah Konstitusi (MK). Sebelumnya, Ketua MK Mahfud MD mengungkapkan bahwa Nazaruddin pernah memberikan uang kepada Sekjen MK, Janedjri M Gaffar sebesar Sin$120 ribu. Nazaruddin sendiri berkali-kali membantah.

"Masih pengumpulan bahan keterangan," jelas Johan. Bahkan Mahfud MD pun pernah mendatangi kantor KPK. Namun, menurut Johan, kedatangan Ketua MK itu bukan untuk memberikan laporan resmi atas kasus tersebut. "Kami kan harus validasi dulu informasi itu." (sj)


• VIVAnews