PT Pertamina (Persero) tidak khawatir pelanggan kabur gara-gara harga bahan bakar minyak non-subsidi jenis Pertamax masih lebih mahal dibanding jenis Super milik PT Shell Indonesia.
Meski lebih mahal dibandingkan kompetitornya, Vice President Corporate Communication Pertamina, Muhammad Harun, mengklaim bahan bakar yang dijual Pertamina memiliki dua keunggulan. "Jadi, kami tidak akan takut ditinggalkan konsumen," kata Harun saat dihubungi VIVAnews.com di Jakarta, Rabu 1 Juni 2011.
Keunggulan tersebut, menurut dia, karena Pertamax mempunyai bilangan oktan tinggi dan mengandung zat aditif yang tepat takarannya, sehingga lebih ramah lingkungan. "Jadi, ketika keluar dari knalpot, asapnya berupa gas CO2 yang dihisap tumbuhan," ujar Harun.
Selain itu, Harun menambahkan, BBM non-subsidi tersebut mampu meningkatkan kinerja mesin, sehingga makin bertenaga. Kondisi itu membuat biaya perawatan lebih ekonomis. "Dengan Pertamax, di mesin tidak akan ada pengerakkan," tuturnya.
Dia juga menilai wajar apabila para kompetitor Pertamina menjual BBM non-subsidi sejenis dengan harga lebih murah dibanding yang ditetapkan perseroan. "Itu otomatis ya, mereka pastinya akan menawarkan harga lebih murah karena Pertamina market leader. Hal itu juga kami lakukan bila perseroan menjual BBM di mancanegara," kata Harun.
Pertamina mulai Selasa 30 Mei 2011 pukul 00.00 WIB menurunkan harga bahan bakar minyak non-subsidi jenis Pertamax/Bio Pertamax, Pertamax Plus, dan Pertamina Dex di sebagian besar wilayah Indonesia.
Untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, harga Pertamax turun dari Rp9.250 menjadi Rp8.900 per liter. Sementara itu, Pertamax Plus dijual Rp9.250 per liter.
Sementara itu, Shell Indonesia mematok harga BBM Super R92 menjadi Rp8.450 dari sebelumnya Rp9.050 dan Super Ekstra R95 dijual Rp8.900 dari Rp9.500. Untuk wilayah Surabaya, harga BBM jenis Super R92 dijual sebesar Rp8.800, Super Ekstra R95 Rp9.200, dan Diesel Rp9.400 per liter. (art)
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar